Skill Abad Ke 21: Membaca, Sebuah Seni Memahami Dunia

Syora Alya Eka Putri
8 min readJan 6, 2020

--

Coba sekarang beri tahu padaku bagaimana cara tahu tentang dunia dalam sekejap? Yup, dengan berselancar di internet. Tapi, ada cara yang jauh dilakukan oleh banyak orang sebelum ada internet, yaitu membaca buku.

Di sini ada yang kebagi jadi tim baca buku versi fisik atau lebih milih baca versi digital? Bebas ya, keduanya punya manfaat masing-masing kok. Jangan berantem.

Punya hobi membaca buku sekarang ini mungkin sudah jarang ya. Lebih memilih untuk mengakses dari bentuk lain, misalnya podcast, video, maupun foto. Belakangan ini, penulis sendiri punya hobi ini. Terdengar aneh memang. Penulis memilih membeli buku daripada benda lainnya. Adakah juga punya fetish yang sama? Bahkan, bisa-bisanya punya mimpi buku koleksinya kaya di Perpustakaan.

Bagi beberapa orang, membaca buku merupakan pekerjaan yang cukup berdedikasi karena butuh niat yang kuat dan waktu. Bahkan untuk memiliki minat saja bisa jadi bagus.

Minat membaca di Indonesia sendiri terbilang rendah. Berdasarkan data dari Most Littered Nation in the World (2016), negara kita menempati posisi ke 60 dari 61 negara. Hal serupa dengan rendahnya skor PISA Indonesia yang juga terbilang rendah yaitu peringkat 62 dari 70 negara (Detik.com, 2019). Terus, kalo minat baca aja udah rendah, apa yang akan terjadi?

Nah, bayangin aja ya, hal yang sebaliknya. Menurut penelitian dari Pew Research Centre (dalam Inc.com, 2018) melihat poin positif dari membaca yaitu

  • Membuat pikiran lebih terbuka dan lebih kreatif. Apalagi membacanya kisah fiksi ya.
  • Membuat hidup lebih panjang. Loh kok bisa? Pendeknya, praktek membaca ini membuat pengetahuan kita lebih improve misalnya kosakata, kemampuan berpikir, dan konsentrasi
  • Menjadi orang yang sukses. Banyak pepatah yang bilang kalo orang yang sukses itu karena banyak membaca. Buku membantu orang-orang itu meningkatkan kualitas dirinya.

Lalu, dalam jurnal tentang Improving Reading Skill (2012), kegiatan membaca dapat membuat para pelakunya bisa menggunakan pengalaman membacanya untuk memprediksi dan memformulasikan ide baru. Kemudian, orang yang membaca juga dapat menghubungkan antara pengetahuan yang satu dengan yang lainnya. Intinya, mereka pun punya bayangan bagaimana kepercayaan dan pengalaman mereka bisa menggambarkan apa yang terjadi di dunia ini.

Kemudian, dikutip dari University of California, Santa Barbara ada pula manfaat membaca bagi kesehatan kita yaitu untuk stimulasi mental, meningkatkan memori kita, meningkatkan fokus dan konsentrasi, mencapai ketenangan batin, menghibur kita, serta mengurangi stres. Hal ini disebabkan karena cerita yang terdapat dalam bacaan tersebut.

Terus, menurut Professor Thomas Lee dari Universitas China juga menambahkan nih, pentingnya membaca itu bisa memperkaya pengetahuan kita soal pola kalimat. Coba bayangin kalo kita jarang baca, nyusun kalimatnya berantakan gimana?

Tapi, itu positifnya sekarang kita balik keadaannya. Berarti kalo kita ngga suka baca, pasti kita akan susah banget buat mahamin sesuatu, nggak kreatif, nggak bisa berpikir kritis, dan bisa jadi nggak sukses karena ngga paham apapun. Terus, ujung-ujungnya nggak produktif dan suka nyari keributan di luar sana.

Tunggu dulu, sekarang kan baca ngga mesti lewat buku, bisa pake media lain. Hmm, kalo peran vital dari buku ngga bisa buat digantiin sepenuhnya sama media lain, misalnya media digital. Salah satunya, dampak negatifnya berkaitan sama kesehatan mental kita. Hmm, makin sulit jadinya nih.

Tapi, boleh ya kalo kita bahas sedikit melebar soal membacanya itu sendiri.

Oke, tapi kalo kita dalamin lagi, sebenernya apa sih yang bikin kita males banget buat baca?

Pertama, ku jelasin simpelnya studi dari National Endowment for Art di Amerika secara general orang males banget baca karena nggak punya waktu cukup, bukunya mahal harganya, nggak tahu buku apa yang mau dibaca, terus nggak bisa lakuin kegiatan lain kaya nonton film, nggak terbiasa buat baca, dan merasa terintimidasi aja buat baca.

Yang terakhir cukup menarik nih, karena biasanya orang mengaitkan aktivitas membaca buku sebatas keperluan akademik saja. Padahal, buku juga bisa menghibur, kaya buku yang bergenre komedi gitu. Selain itu, ada faktor lainnya juga yaitu adanya stereotyping orang yang baca buku.

Misalnya, dari penelitian Auracher dan Hirose (2017), di Jepang, kalo baca buku fiksi, kita dibilang ngga waras karena karakter yang ada di buku ngga hidup dalam dunia nyata. Padahal, kan dalam buku itu mengandung pesan moral yang biasanya menggambarkan kepercayaan masyarakat juga kan.

Terus ada lagi tentang stereotyping yang baca buku cuma orang orang yang punya privilege, alias yang punya hobi baca cuma kelas tertentu aja. Memang harga buku kebanyakan relatif mahal. Hal ini wajar jika orang memilih bacaan yang mudah didapatkan secara gratisan aja, atau media lain. Dampaknya, kita yang biasa-biasa aja kurang sensitif buat baca yang komprehensif gitu.

Dan yaudah, gitu aja ya hehe. Itu kan kalo di luar negeri, gimana kalo di Indonesia. Emangnya apa sih yang bikin minat bacanya rendah?

Menurut Sahabat Keluarga Kemdikbud, ada tiga faktor yang bikin minat baca rendah, yaitu kurangnya kesadaran kalau membaca itu penting sedari dini, buku yang tersedia saat ini kurang menarik buat dibaca dan ada pula yang kurang layak dibaca, serta tiada motivasi dan fasilitas buat baca yang enak.

Terus, ada lagi nih penyebabnya. Kalo ini sumbernya dari data penelitian United Nations Development Programme yang bilang kalo orang tua di Indonesia ngga ngebiasain anak anak buat membaca, menganggap hobi membaca adalah hal yang sepele, akses yang belum merata, dan juga produksi buku di Indonesia masih kurang.

Lalu, ini ada hal yang nggak kalah menarik lagi. Dikutip dari The Conversation, minat membaca di Indonesia rendah juga karena dipengaruhi oleh penghapusan buku bacaan wajib di sekolah. Kebijakan ini digunakan oleh pemerintah Belanda untuk mewajibkan murid membaca sejumlah buku 15–25 judul.

Alhasil, ngga heran makanya pas anak-anak tumbuh dewasa tingkat literasinya jadi rendah. Terus, ada juga dampak lainnya sebenernya yaitu adanya kesenjangan keterampilan. Hal itu terjadi sesimpel karena nggak suka baca.

Ini sedikit gambarannya, sebagai contoh, menurut tes program assesment buat orang dewasa nunjukin hanya 1% orang dewasa di Jakarta yang punya tingkat literasi yang memadai, alias bisa ngerti informasi dari teks panjang sampai bisa menafsirkannya. Lalu, apa kabar tempat lain ya?

Oke, sudah cukup sedihnya ngeliat minim banget minat membaca kita. Terus, gimana sih caranya biar bisa keluar dari zona tersebut? Maksudnya, jadi mencintai membaca itu sendiri.

Ini ada beberapa cara dari beberapa sumber, yaitu

Cara pertama biar suka membaca adalah temukan apa yang kita suka dan kita membutuhkannya. Dari situ, akan membawa kita untuk mencari tempat yang enak buat baca, nentuin jadwal buat baca, sama pilih buku yang kamu suka. Misalnya, pilih buku fiksi, mau baca di perpustakaan, dan gitu deh. Biasanya susah buat mulainya, usahakan dulu kamu punya target buat baca.

Kalo udah mulai ketagihan, coba bawa bukumu kemana pun kamu pergi. Terus, coba tanya juga sama teman teman yang suka baca, kali aja bisa tuker tukeran rekomendasi buku buat dibaca. Atau kalo pun ada, cari komunitas pecinta buku. Lumayan kan awalnya baca, bisa sekalian, ehm bersosialisasi.

Cara kedua, jangan mulai baca karena dipaksa. Maksudnya buku rekomendasi yang ngga disukai, jangan dibaca. Karena kalo mulainya aja nggak suka, pasti ngga akan nikmatin saat membacanya. Nah, kalo udah terlanjur nggak suka bacanya, jangan takut juga buat stop dulu bacanya. Soalnya nih, kalo nggak suka bacanya, kamu nggak akan mau baca lagi.

Cara ketiga, membaca ulang buku yang disukai. Atau kalo misalnya sukanya film, bisa aja baca buku yang udah diangkat jadi kisah film. Soalnya, nggak semua yang ada di buku dimasukin ke film.

Cara keempat, ini yang agak sulit buat membangun iklim suka membaca itu sendiri. Misalnya, mulai ngebiasain diri sendiri buat baca dulu entah baca di rumah atau di tempat yang kamu suka. Terus, mulai ajakin temen buat baca juga, atau ajakin keluargamu mungkin. Kaya kenalin membaca itu nggak selamanya membosankan.

Lumayan kan bisa mengajak orang buat suka baca juga.

Nah, kalo penulis pribadi, caranya buat suka baca itu tahu kalo kita tuh butuh tahu informasi secara lengkap. Makanya, kita mau nggak mau harus baca sumber aslinya. Terus, menyetel di pikiran kita kalo membaca itu adalah sesuatu hal yang menyenangkan. Dan ya, poinnya ini munculnya dari niat kita lagi sih.

Tapi, tunggu dulu sepertinya ada yang terlewat. Emangnya kebiasaan membaca ini dimulai sejak kapan sih?

Aktivitas buat membaca ini ditemukan sejak tahun 4 SM. Tapi semakin maju sejak ada penemuan mesin cetak ya. Bahkan dulu tuh kalo mau baca harus orang tertentu doang loh!

Singkatnya pas abad kegelapan di Eropa, dulu orang-orang pada masanya nggak boleh baca buku. Terus, pas masa abad penerangan, aktivitas membaca dipromosikan lagi sama para bangsawan. Katanya, membaca itu ngga melanggar hukum. Sejak saat itu, kebiasaan baca buku diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Yang kita tahu sekarang, ya membaca dongeng sebelum tidur.

Sekarang, kita balik lagi ke topik pembahasan yang sebenarnya. Emangnya buat apa sih kita membaca?

Kalo ngomongin pentingnya udah tau lah ya. Cuma di abad 21 seperti sekarang, membaca menjadi salah satu kunci kritis dari kemampuan yang wajib dimiliki oleh manusia. Soalnya, bermula dari membaca, tingkat kreativitas dan pemikiran kritis seseorang mulai terbangun. Nah, ada juga nih lima strategi yang harus dimiliki saat membaca:

  • Mengetahui latar belakang dari pengetahuan. Jadi, kita harus membaca poin yang lama sampe perkembangan terbarunya. Semacam skema perkembangan pengetahuan itu deh. Menurut penelitian, kita bakal dapet pemahaman yang baik kalo membacanya secara runut gitu.
  • Sebelum membaca, lebih baik bertanya dulu. Jadi, kita tahu alasan mengapa kita membaca hal tersebut, ya tidak lain untuk mencari jawabannya.
  • Menganalisa struktur teksnya. Dengan cara ini, kita paham mengenai maksud dari penulis mengapa tulisan itu dibuat. Selain itu, kita pun paham juga soal informasi yang disampaikan dalam tulisan tersebut.
  • Ini bagian yang menarik, yaitu mevisualisasikan bacaan kita. Dalam kepala kita, setiap membaca satu kalimat pasti terbayang bagaimana rupanya. Ini pasti gampang banget kalo kita lagi membaca buku fiksi adegan percintaan. Oke ngga perlu dijelaskan ya?
  • Dan yang terpenting dari membaca adalah bisa merangkumnya. Dari bacaan yang panjang banget itu, kita tahu intinya apa. Jadi, kalo tulisan ini intinya banget apa ya?

Udah lah ya, ngomongin soal membaca panjang lebar kaya gini bakal percuma kalo ngga dibaca. Intinya banget sih, penulis cuma pengen ngasih tahu kegiatan se-sepele membaca itu pengaruhnya gede banget, bahkan efeknya bisa sampe bertahun-tahun.

Nah, kalo kaya gitu, beneran ngga mau baca? Hmm, diskusi yuk emangnya kalo menurut kalian yang bikin ngga suka buat baca tuh apa sih?

Oke, seperti biasa tulisan ini diakhiri dengan kutipan dari Harry S Truman, Presidennya Amerika Serikat yang ke-33 berbunyi:

Jadi, masih berani coba buat malas membaca?

--

--

Syora Alya Eka Putri
Syora Alya Eka Putri

Written by Syora Alya Eka Putri

just a typical reader and longlife learner

No responses yet